KIBLAT.NET –
Dunia hari ini berkembang begitu pesat. Semua kebutuhan bisa tersedia
dengan gadget di tangan. Namun semua perkembangan tersebut tak kunjung
membuat manusia sadar akan kehadiran Rabb. Bahkan dengan perkembangan tersebut mereka dengan pongahnya mengklaim bahwa itu adalah hasil cipta karya mereka.
membuat manusia sadar akan kehadiran Rabb. Bahkan dengan perkembangan tersebut mereka dengan pongahnya mengklaim bahwa itu adalah hasil cipta karya mereka.
Namun cukup
disayangkan, gelombang kemajuan tersebut tidak hadirs bersama Islam
sebagai pengontrol. Bahkan mencampakkan Islam dari ruang hidup manusia,
bahkan hal tersebut juga menjangkiti sebagian kaum muslimin. Sebagian
mereka percaya bahwa jika ingin maju, mereka harus memutar kompas mereka
ke Barat, dan meninggalkan Islam di ruang-ruang privat.
Kemunduran Umat Islam
Sungguh telah berhasil upaya yang
dilakukan oleh musuh-musuh Islam. Mereka berhasil menanamkan mindset ke
kepala-kepala umat Islam bahwa Islam hanyalah ritual. Mereka berhasil
membuat umat Islam merasa takut untuk ketinggalan zaman. Sehingga mereka
hidup mengekor di belakang peradaban Barat yang najis karena tidak
bersuci setelah buang hadats.
Dan
yang lebih mengerikan, mereka berhasil membuat pandangan
tentang Al-Quran dan As-Sunnah bukan lagi sebagai tolak ukur dalam
memandang segala persoalan. Sehingga, kita temukan pola hidup mereka
jauh dari nilai-nilai keislaman. Ini lah yang dikeluhkan oleh Dr.
Muhammad Yusuf Musa ketika memberikan pengantar buku Madza Khasiral ‘Alam :
حقاً ليست مشكلة العالم الإسلامي اليوم في عدم الدعاوة للإسلام بين غير المسلمين، ولا في اكتساب مسلمين جدد وإنما هذه المشكلة هي انصراف المسلمين عن الإسلام، وعن الشرق إلى الغرب بحضارته وقيمه التي يدعو إليها وموازينه التي بها يزن الأمور.
“Sesungguhnya
problema yang dihadapi dunia Islam dewasa ini bukanlah karena tidak
adanya dakwah Islam di tengah orang-orang yang bukan Islam dan bukan
pula karena tidak adanya pemeluk-pemeluk baru agama Islam. Problema
(yang sesungguhnya kita hadapi) adalah karena kaum muslimin itu
berpaling dari Islam, dan (mereka meloncat) dari timur (Islam) ke Barat
dengan peradaban, norma-norma yang dipropagandakannya, dan segala tolak
ukur norma yang digunakan oleh dunia Barat dalam memandang berbagai
persoalan.” (Muqaddimah Madza Khasiral ‘Alam, hlm 15)
Inilah
yang membuat umat Islam mengalami kemerosotan. Ketika mereka jauh dari
keislamaman, secara otomatis mereka kembali kepada kehidupan Jahiliyah,
entah Jahiliyah di Timur maupun di Barat. Kejahiliyahan lah yang membuat
umat Islam tersingkir dari kepemimpinan bangsa, hingga terasing dari
kehidupan sebagaimana bangsa Arab pada masa Jahiliyah yang terasing dari
peradaban Romawi dan Persia sebelum kedatangan Islam.
Ketika
umat Islam menjauhi kehidupan Islami dan beralih kepada kejahiliyahan,
maka kemunkaran di tengah-tengah umat Islam tidak ada yang peduli.
Secara lebih mendalam, fenomena ini disoroti oleh Sayyid Abul Hasan Ali
an-Nadawi, beliau mengatakan:
إن علة علل العالم الإسلامي اليوم هي الرضا بالحياة الدنيا والاطمئنان بها، والارتياح إلى الأوضاع الفاسدة، والتبذير الزائد في الحياة، فلا يقلقه فساد، ولا يزعجه انحراف، ولا يهيجه منكر، ولا يهمه غير مسائل الطعام واللباس.
“Sesungguhnya salah
satu penyakit yang menjangkiti dunia Islam hari ini adalah rasa puas
menerima kehidupan duniawi, merasa lega hidup di tengah-tengah keadaan
yang serba rusak, dan secara berlebih-lebihan menyia-nyiakan hidup,
tidak merasa cemas menyaksikan kerusakan, tidak gelisah melihat
penyelewengan dan tidak geram menghadapi kemungkaran dan tidak ada yang
diperhatikan selain makanan dan pakaian.” (Madza Khasiral ‘Alam, hlm 15)
Umat
Islam hanya berfikir untuk dirinya sendiri, hilang sudah kepekaan
terhadap kemunkaran di lingkungannya. Tidak lagi berfikir bagaimana
membahagiakan umat manusia atau bekerja keras dalam berjuang dan memeras
pikiran untuk kepentingan umat manusia. Dengan sangat indah Allah
menyindir keseharian mereka yang demikian itu :
كَمْ تَرَكُوا۟ مِن جَنَّٰتٍ وَعُيُونٍ، وَزُرُوعٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ، وَنَعْمَةٍ كَانُوا۟ فِيهَا فَٰكِهِينَ، كَذَٰلِكَ ۖ وَأَوْرَثْنَٰهَا قَوْمًا ءَاخَرِينَ، كَذَٰلِكَ ۖ وَأَوْرَثْنَٰهَا قَوْمًا ءَاخَرِينَ
“Alangkah
banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan, dan kebun-kebun
serta tempat-tempat yang indah-indah, dan kesenangan-kesenangan yang
mereka menikmatinya, Demikianlah. Dan Kami wariskan semua itu kepada
kaum yang lain. Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan
merekapun tidak diberi tangguh.” (QS. Ad-Dukhan : 25-29)
Sungguh
sangat menyedihkan apa yang terjadi pada umat Islam. Kemerosotan yang
mereka alami bukanlah kemunduran suatu bangsa atau negara, melainkan
kemunduran bagi umat manusia, karena umat Islam adalah pemegang risalah
kenabian. Hal itu berarti kemerosotan umat Islam adalah kemerosotan
risalah, yang kedudukannya di tengah-tengah manusia bagaikan ruh. Maka
kemerosotan umat Islam membawa kerusakan dunia dan ambruknya seluruh
tatanan duniawi dan ukhrawi.
Cara Islam untuk Bangkit
Pekerjaan
rumah kita hari ini adalah bersama-sama seluruh dunia Islam keluar
meninggalkan kejahiliyahan yang telah mengepung kita dari segala
kehidupan. Dengan melaksanakan Islam secara sempurna sebagaimana umat
Islam masa keemasan. Iman merasuk ke lubuk hati, Islam dijunjung tinggi,
siap berkorban membelanya sebagaimana membela harta dan jiwanya
sendiri, melaksanakan hukum-hukumnya dan prinsip-prinsipnya. Dengan
kalimat yang singkat, bahwa revolusi Islam hanya bisa dilakukan dengan
cara sebagaimana umat terdahulu melakukannya.
إن هذا الإسلام لا يصلح اليوم إلا بما صلح به في الأمس
“Sesungguhnya (umat) Islam hari ini tidak akan baik kecuali dengan apa yang membuat baik (umat) Islam terdahulu.” (Madza Khasiral ‘Alam, hlm 15)
Karena
itulah, hal yang paling urgen kita lakukan adalah kembali kepada
al-Qur’an dan Sunnah, dengan melaksanakannya dalam seluruh tatanan
kehidupan sebagaimana contoh umat Islam terdahulu. Kita harus yakin
bahwa al-Qur’an dan Sunnah akan membawa kebaikan dalam hidup kita dan
zaman kita, sebagaimana umat terdahulu dimuliakan karena mengamalkan
al-Qur’an. Revolusi al-Qur’an yang terjadi pada umat Islam terdahulu itu
bahkan belum pernah ada duanya hingga sekarang ini.
As-Sayyid Abul Hasan Ali An-Nadawi menasehatkan tentang revolusi al-Qur’an ini :
والقرآن وسيرة محمد صلى الله عليه وسلم قوتان عظيمتان تستطيعان أن تشعلا في العالم الإسلامي نار الحماسة والإيمان، وتحدثا في كل وقت ثورة عظيمة على العصر الجاهلي وتجعلا من أمة مستسلمة منخذلة ناعسة، أمة فتية ملتهبة حماسة وغيرة وحنقاً على الجاهلية، وسخطاً على النظم الخائرة
“Al-Qur’an
dan perilaku Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah dua
kekuatan yang luar biasa besarnya, yang sanggup mengobarkan api semangat
dan keimanan dalam dunia Islam. Setiap saat keduanya dapat mencetuskan
revolusi besar terhadap masa Jahiliyah dan membuat umat yang pasrah
tidak berdaya, rendah diri dan mengantuk, menjadi umat yang kuat,
berkobar semangatnya, penuh dengan amarah dan kebencian terhadap sistem
kehidupan yang bobrok.” (Madza Khasiral ‘Alam, hlm 15)
Kita
tidak bisa meminta umat lain untuk percaya terhadap isi al-Qur’an
selama kita sendiri belum benar-benar bisa memercayainya terlebih
dahulu. Barangkali ini lah sebab kegagalan umat Islam di bidang politik
dan ekonomi, karena kita belum bisa menerapkan al-Qur’an dalam bidang
tersebut. Sehingga konsep al-Qur’an tidak memimpin umat Islam sendiri,
apalagi memimpin umat lain.
Hal ini
lah yang dirasakan oleh Dr. Muhammad Iqbal. Beliau beranggapan bahwa
umat Islam harus meninggalkan budaya Jahiliyah dan serius dalam
melaksanakan Islam. Umat Islam harus memimpin, umat Islam tidak boleh
mengekor di belakang budaya dan peradaban manapun. Beliau berkata :
أن المسلم لم يخلق ليندفع مع التيار، ويساير الركب البشري حيث اتجه وسار، بل خلق ليوجه العالم والمجتمع والمدينة، ويفرض على البشرية اتجاهه، ويملي عليها إرادته، لأنه صاحب الرسالة وصاحب العلم اليقين. ولأنه المسؤول عن هذا العالم وسيره واتجاهه. فليس مقامه مقام التقليد والإتباع إن مقامه مقام الإمامة والقيادة ومقام الإرشاد والتوجيه. ومقام الآمر الناهي.
“Sesungguhnya
orang Islam tidak diciptakan untuk hanyut dalam arus atau mengikuti
ajakan nafsu manusiawi ke mana hendak pergi, melainkan untuk memberi
pengarahan kepada dunia, masyarakat dan peradaban manusia, membuat
pandangan hidupnya menjadi pandangan hidup manusia, dan membuat tujuan
yang diinginkannya menjadi tujuan seluruh umat manusia. Hal itu karena
seorang muslim adalah pemegang janji risalah dan penegak kebenaran agama
dan juga karena ia bertanggung jawab atas jalannya sejarah dunia dan
pandangan hidupnya. Tidak ada tempatnya seorang muslim untuk ikut-ikutan
sebab ia berkedudukan sebagai pemimpin dan pembimbing yang bertugas
memberikan petunjuk dan pengarahan, dan ditangannya pulalah kewajiban
memberi petunjuk tentang perintah dan larangan Allah.” (Sya’irul Islam, 66-67)
Umat
Islam tidak boleh berdamai dengan zaman, tidak boleh tunduk dan
menyerah terhadap peradaban lain, dan meletakkan beban tanggung-jawabnya
untuk kompromi dengan Jahiliyah. Umat Islam harus memberontak dan
melawan serta terjun untuk berjihad melawan segala tirani supaya
menentukan masalahnya sendiri. Umat Islam adalah umat yang kuat, itulah
yang Allah takdirkan untuk umat ini. Wallahu ‘alam bish showab.
0 komentar:
Posting Komentar