pasang iklan pasang iklan

Selasa, 26 Januari 2016

Mempelajari Sebab Kemunduran Umat Islam


KIBLAT.NET – Dunia hari ini berkembang begitu pesat. Semua kebutuhan bisa tersedia dengan gadget di tangan. Namun semua perkembangan tersebut tak kunjung

membuat manusia sadar akan kehadiran Rabb. Bahkan dengan perkembangan tersebut mereka dengan pongahnya mengklaim bahwa itu adalah hasil cipta karya mereka.
Namun cukup disayangkan, gelombang kemajuan tersebut tidak hadirs bersama Islam sebagai pengontrol. Bahkan mencampakkan Islam dari ruang hidup manusia, bahkan hal tersebut juga menjangkiti sebagian kaum muslimin. Sebagian mereka percaya bahwa jika ingin maju, mereka harus memutar kompas mereka ke Barat, dan meninggalkan Islam di ruang-ruang privat.

Kemunduran Umat Islam

Sungguh telah berhasil upaya yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam. Mereka berhasil menanamkan mindset ke kepala-kepala umat Islam bahwa Islam hanyalah ritual. Mereka berhasil membuat umat Islam merasa takut untuk ketinggalan zaman. Sehingga mereka hidup mengekor di belakang peradaban Barat yang najis karena tidak bersuci setelah buang hadats.
Dan yang lebih mengerikan, mereka berhasil membuat pandangan tentang Al-Quran dan As-Sunnah bukan lagi sebagai tolak ukur dalam memandang segala persoalan. Sehingga, kita temukan pola hidup mereka jauh dari nilai-nilai keislaman. Ini lah yang dikeluhkan oleh Dr. Muhammad Yusuf Musa ketika memberikan pengantar buku Madza Khasiral ‘Alam :

حقاً ليست مشكلة العالم الإسلامي اليوم في عدم الدعاوة للإسلام بين غير المسلمين، ولا في اكتساب مسلمين جدد وإنما هذه المشكلة هي انصراف المسلمين عن الإسلام، وعن الشرق إلى الغرب بحضارته وقيمه التي يدعو إليها وموازينه التي بها يزن الأمور.

“Sesungguhnya problema yang dihadapi dunia Islam dewasa ini bukanlah karena tidak adanya dakwah Islam di tengah orang-orang yang bukan Islam dan bukan pula karena tidak adanya pemeluk-pemeluk baru agama Islam. Problema (yang sesungguhnya kita hadapi) adalah karena kaum muslimin itu berpaling dari Islam, dan (mereka meloncat) dari timur (Islam) ke Barat dengan peradaban, norma-norma yang dipropagandakannya, dan segala tolak ukur norma yang digunakan oleh dunia Barat dalam memandang berbagai persoalan.” (Muqaddimah Madza Khasiral ‘Alam, hlm 15)
Inilah yang membuat umat Islam mengalami kemerosotan. Ketika mereka jauh dari keislamaman, secara otomatis mereka kembali kepada kehidupan Jahiliyah, entah Jahiliyah di Timur maupun di Barat. Kejahiliyahan lah yang membuat umat Islam tersingkir dari kepemimpinan bangsa, hingga terasing dari kehidupan sebagaimana bangsa Arab pada masa Jahiliyah yang terasing dari peradaban Romawi dan Persia sebelum kedatangan Islam.
Ketika umat Islam menjauhi kehidupan Islami dan beralih kepada kejahiliyahan, maka kemunkaran di tengah-tengah umat Islam tidak ada yang peduli. Secara lebih mendalam, fenomena ini disoroti oleh Sayyid Abul Hasan Ali an-Nadawi, beliau mengatakan:

إن علة علل العالم الإسلامي اليوم هي الرضا بالحياة الدنيا والاطمئنان بها، والارتياح إلى الأوضاع الفاسدة، والتبذير الزائد في الحياة، فلا يقلقه فساد، ولا يزعجه انحراف، ولا يهيجه منكر، ولا يهمه غير مسائل الطعام واللباس.

 “Sesungguhnya salah satu penyakit yang menjangkiti dunia Islam hari ini adalah rasa puas menerima kehidupan duniawi, merasa lega hidup di tengah-tengah keadaan yang serba rusak, dan secara berlebih-lebihan menyia-nyiakan hidup, tidak merasa cemas menyaksikan kerusakan, tidak gelisah melihat penyelewengan dan tidak geram menghadapi kemungkaran dan tidak ada yang diperhatikan selain makanan dan pakaian.” (Madza Khasiral ‘Alam, hlm 15)
Umat Islam hanya berfikir untuk dirinya sendiri, hilang sudah kepekaan terhadap kemunkaran di lingkungannya. Tidak lagi berfikir bagaimana membahagiakan umat manusia atau bekerja keras dalam berjuang dan memeras pikiran untuk kepentingan umat manusia. Dengan sangat indah Allah menyindir keseharian mereka yang demikian itu :

كَمْ تَرَكُوا۟ مِن جَنَّٰتٍ وَعُيُونٍ، وَزُرُوعٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ، وَنَعْمَةٍ كَانُوا۟ فِيهَا فَٰكِهِينَ، كَذَٰلِكَ ۖ وَأَوْرَثْنَٰهَا قَوْمًا ءَاخَرِينَ، كَذَٰلِكَ ۖ وَأَوْرَثْنَٰهَا قَوْمًا ءَاخَرِينَ

“Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan, dan kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah, dan kesenangan-kesenangan yang mereka menikmatinya, Demikianlah. Dan Kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain. Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan merekapun tidak diberi tangguh.” (QS. Ad-Dukhan : 25-29)
Sungguh sangat menyedihkan apa yang terjadi pada umat Islam. Kemerosotan yang mereka alami bukanlah kemunduran suatu bangsa atau negara, melainkan kemunduran bagi umat manusia, karena umat Islam adalah pemegang risalah kenabian. Hal itu berarti kemerosotan umat Islam adalah kemerosotan risalah, yang kedudukannya di tengah-tengah manusia bagaikan ruh. Maka kemerosotan umat Islam membawa kerusakan dunia dan ambruknya seluruh tatanan duniawi dan ukhrawi.

Cara Islam untuk Bangkit

Pekerjaan rumah kita hari ini adalah bersama-sama seluruh dunia Islam keluar meninggalkan kejahiliyahan yang telah mengepung kita dari segala kehidupan. Dengan melaksanakan Islam secara sempurna sebagaimana umat Islam masa keemasan. Iman merasuk ke lubuk hati, Islam dijunjung tinggi, siap berkorban membelanya sebagaimana membela harta dan jiwanya sendiri, melaksanakan hukum-hukumnya dan prinsip-prinsipnya. Dengan kalimat yang singkat, bahwa revolusi Islam hanya bisa dilakukan dengan cara sebagaimana umat terdahulu melakukannya.

إن هذا الإسلام لا يصلح اليوم إلا بما صلح به في الأمس

“Sesungguhnya (umat) Islam hari ini tidak akan baik kecuali dengan apa yang membuat baik (umat) Islam terdahulu.” (Madza Khasiral ‘Alam, hlm 15)
Karena itulah, hal yang paling urgen kita lakukan adalah kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah, dengan melaksanakannya dalam seluruh tatanan kehidupan sebagaimana contoh umat Islam terdahulu. Kita harus yakin bahwa al-Qur’an dan Sunnah akan membawa kebaikan dalam hidup kita dan zaman kita, sebagaimana umat terdahulu dimuliakan karena mengamalkan al-Qur’an. Revolusi al-Qur’an yang terjadi pada umat Islam terdahulu itu bahkan belum pernah ada duanya hingga sekarang ini.
As-Sayyid Abul Hasan Ali An-Nadawi menasehatkan tentang revolusi al-Qur’an ini :

والقرآن وسيرة محمد صلى الله عليه وسلم قوتان عظيمتان تستطيعان أن تشعلا في العالم الإسلامي نار الحماسة والإيمان، وتحدثا في كل وقت ثورة عظيمة على العصر الجاهلي وتجعلا من أمة مستسلمة منخذلة ناعسة، أمة فتية ملتهبة حماسة وغيرة وحنقاً على الجاهلية، وسخطاً على النظم الخائرة

 “Al-Qur’an dan perilaku Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah dua kekuatan yang luar biasa besarnya, yang sanggup mengobarkan api semangat dan keimanan dalam dunia Islam. Setiap saat keduanya dapat mencetuskan revolusi besar terhadap masa Jahiliyah dan membuat umat yang pasrah tidak berdaya, rendah diri dan mengantuk, menjadi umat yang kuat, berkobar semangatnya, penuh dengan amarah dan kebencian terhadap sistem kehidupan yang bobrok.” (Madza Khasiral ‘Alam, hlm 15)
Kita tidak bisa meminta umat lain untuk percaya terhadap isi al-Qur’an selama kita sendiri belum benar-benar bisa memercayainya terlebih dahulu. Barangkali ini lah sebab kegagalan umat Islam di bidang politik dan ekonomi, karena kita belum bisa menerapkan al-Qur’an dalam bidang tersebut. Sehingga konsep al-Qur’an tidak memimpin umat Islam sendiri, apalagi memimpin umat lain.
Hal ini lah yang dirasakan oleh Dr. Muhammad Iqbal. Beliau beranggapan bahwa umat Islam harus meninggalkan budaya Jahiliyah dan serius dalam melaksanakan Islam. Umat Islam harus memimpin, umat Islam tidak boleh mengekor di belakang budaya dan peradaban manapun. Beliau berkata :

أن المسلم لم يخلق ليندفع مع التيار، ويساير الركب البشري حيث اتجه وسار، بل خلق ليوجه العالم والمجتمع والمدينة، ويفرض على البشرية اتجاهه، ويملي عليها إرادته، لأنه صاحب الرسالة وصاحب العلم اليقين. ولأنه المسؤول عن هذا العالم وسيره واتجاهه. فليس مقامه مقام التقليد والإتباع إن مقامه مقام الإمامة والقيادة ومقام الإرشاد والتوجيه. ومقام الآمر الناهي.

“Sesungguhnya orang Islam tidak diciptakan untuk hanyut dalam arus atau mengikuti ajakan nafsu manusiawi ke mana hendak pergi, melainkan untuk memberi pengarahan kepada dunia, masyarakat dan peradaban manusia, membuat pandangan hidupnya menjadi pandangan hidup manusia, dan membuat tujuan yang diinginkannya menjadi tujuan seluruh umat manusia. Hal itu karena seorang muslim adalah pemegang janji risalah dan penegak kebenaran agama dan juga karena ia bertanggung jawab atas jalannya sejarah dunia dan pandangan hidupnya. Tidak ada tempatnya seorang muslim untuk ikut-ikutan sebab ia berkedudukan sebagai pemimpin dan pembimbing yang bertugas memberikan petunjuk dan pengarahan, dan ditangannya pulalah kewajiban memberi petunjuk tentang perintah dan larangan Allah.” (Sya’irul Islam, 66-67)
Umat Islam tidak boleh berdamai dengan zaman, tidak boleh tunduk dan menyerah terhadap peradaban lain, dan meletakkan beban tanggung-jawabnya untuk kompromi dengan Jahiliyah. Umat Islam harus memberontak dan melawan serta terjun untuk berjihad melawan segala tirani supaya menentukan masalahnya sendiri. Umat Islam adalah umat yang kuat, itulah yang Allah takdirkan untuk umat ini. Wallahu ‘alam bish showab.

 


0 komentar:

Posting Komentar